ArsipMahasiswa Jayawijaya Tolak Pembangunan Mako Brimob di Wamena

Mahasiswa Jayawijaya Tolak Pembangunan Mako Brimob di Wamena

Senin 2015-01-12 22:06:15

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Rencana pembangunan Markas Komando Brigadir Mobil (Mako Brimob), di Kabupaten Jayawijaya, Papua, dengan menggunakan tanah Adat, mendapat penolakan tegas dari sejumlah tokoh intelektual, dan mahasiswa Jayawijaya di Kota Studi Jayapura.

Alius Lokobal, salah tokoh intelektual dari Jayawijaya, mengatakan, ia bersama masyarakat adat menolak karena akan mengambil tanah adat, termasuk menyingkirkan peran kepala suku. 

 

"Dengan adanya konflik antara warga Kurima dengan masyarakat Wouma menjadikan alasan untuk membangun Mako Brimob, ini merupakan skenario, kami tegas tolak," kata Alius, saat memberikan keterangan pers, Senin (12/1/15) siang, di Abepura, Jayapura, Papua.

 

Menurut Alius, dengan adanya Mako Brimob, tentu akan ada lagi pemekaran institusi-institusi militer lainnya di Jayawijaya, karena itu masyarakat dengan tegas menolaknya.

 

Sementara itu, Benyamin Lagowan, mahasiswa Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, menegaskan, seharusnya aparat keamanan dan pemerintah daerah mengungkap aktor-aktor dan elit politik yang menciptakan konflik horizontal antar masyarakat.

 

"Dengan tegas kami tolak pembangunan Mako Brimob di Molama, Jayawijaya, karena tanah itu dijadikan tempat tinggal oleh tiga suku besar, termasuk tempat mencari hasil ekonomi," kata Lagowan.

 

Menurut Lagowan, pembangunan Mako Brimob merupakan kepentingan elit politik di Jayawijaya, yang jelas-jelas mau mengorbankan tanah adat, demi ambisinya.

 

"Mungkin kepentingan pemekaran yang kami lihat, sehingga kami dari tiga suku besar yang mendiami wilayah tersebut terutama kami mahasiswa menolak pembangunan Mako Brimob," katanya.

 

Lanjut Lagowan, sejak awal ia bersama sejumlah tokoh intelektual asal Wamena sudah tahu rencana pembangunan Mako Brimob, dan sejak awal telah menolaknya, termasuk penolakan dari kalangan tua-tua adat.

 

"Ada orang tua yang terus menolak, dan orang itu sekitar dua bulan lalu telah meninggal, kemudian terjadi perang suku, setelah itu disampaikan rencana pembangunan Mako Brimob." 

 

"Kami lihat ini skenario terselubung yang dimainkan oleh aparat keamanan bersama pemerintah daerah, kalau bilang mau cegah konflik, maka kami rasa itu tidak benar, dan kami jelas menolak pembangunan Mako Brimob," tegas Lagowan.

 

Sebelumnya, ditulis media ini, Bupati Kabupaten Jayawijaya, Wempi Wetipo, mengatakan, Mako Brimob direncanakan untuk segera dibangun di Molama, dan telah menghimbau masyarakat untuk memberikan dukungan. (Baca: Honai Resort Wamena Akan Dijadikan Asrama Kompi Brimob Sementara).

Editor: Oktovianus Pogau

 

AGUS PABIKA

Terkini

Populer Minggu Ini:

Kapendam Cenderawasih: Potongan Video Masih Ditelusuri

0
"Apabila benar itu pelakunya prajurit TNI, maka prajurit tersebut akan ditindak tegas dan diproses secara hukum untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, karena TNI seperti lembaga atau institusi lainnya yang juga menjunjung tinggi Hukum dan HAM," tegasnya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.